Males ah…

Dulu, ketika masih sekolah orang tuaku selalu mengatakan bahwa tidak boleh bermalas-malasan. Katanya kalau malas bisa tidak naik kelas. Bagiku, sifat malas merupakan momok yang sangat ditakuti. Karena malas bisa tidak naik kelas, tidak lulus ujian, bahkan malas juga membuat teman-teman tidak mau mengajakku bermain.

Momok pada kemalasan itu terjadi ketika masih aku masih kanak-kanak. Dan benar saja, akibat tidak malas di masa lalu alias rajin, kini aku merasakan manfaatnya. Bekerja dengan rajin, tidak malas-malasan membuat teman-teman di kantor menyukai hasil pekerjaannku.

Namun kini yang aneh kenapa kata ‘malas’ ini banyak muncul di media massa. Lebih aneh lagi kemalasan yang dibahas itu bukan terjadi pada anak-anak. Malas yang terjadi saat ini menyerang bagaikan penyakit menular di kalangan pejabat negara ini, termasuk anggota dewan wakil rakyat yang terhormat.

Malas bekerja, malas ikut rapat, malas memikirkan rakyat, bahkan malas memenuhi janjinya sendiri selama masa kampanye sebelumnya. Apakah mereka memang benar-benar malas, atau karena sakit? Bukankah orang sakit tidak jarang menimbulkan kemalasan dalam beraktivitas? Ah menurutku sih tidak begitu, buktinya banyak pejabat yang katanya malas di satu tempat, namun rajin di tempat lain. Sayang sikap rajin yang muncul justru sering negatif. Rajin korupsi, rajin memotong anggaran, rajin membuat surat perjalanan palsu, dan ‘rajin’ lainnya yang malahan merugikan.

Kok bisa begitu? Apakah suasana kerja yang tidak kondusif sehingga membuat orang jadi malas bekerja. Atau beban kerja yang tinggi sehingga membuat orang malas karena terlalu lelah. Bisa juga bidang kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan yang pada akhirnya orang malas untuk bekerja. Itu beberapa hipotesis yang muncul di pikiranku, karena aku pernah baca katanya kalau kita bekerja pada bidang yang tidak kita sukai akan membuat energi kita terkuras. Akibatnya kelelahan dan malas yang timbul, akibatnya pula karena malas jadi membolos bekerja.

Malas, bolos, dan nyontek, itu beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pelajar yang sedang menuntut ilmu di bangku sekolah. Namun sifat-sifat itu kenapa justru banyak muncul di kalangan pejabat negeri ini? Bisa jadi sifat-sifat buruk itulah yang membuat negeri ini sulit maju. Apapun penyebab semua itu, yang jelas sikap buruk para pejabat negeri ini menjadi sorotan rakyat, rakyat yang katanya mereka layani dan wakili.

Lalu apa yang sebenarnya harus dibenahi di negeri ini? Jawabannya adalah mental, mental dan akhlak para pejabat harus diperbaiki. Komitmen mengabdi kepada rakyat selama ini selalu kalah dengan kepentingan pribadi, kepentingan untuk menambah kekayaan pribadi. Berikutnya yang juga perlu diperbaiki adalah sifat kepemimpinan. Pemimpin harus tegas, bijaksana, dan tidak malas mendengar kritik, dari siapapun kritik itu. Kalau pemimpinnya cengeng, ya jadi males donk mendengarnya… hehehe.

Jadi, marilah kita hilangkan sifat malas. Rajin pangkal pandai, itu dulu yang diajarkan guru di sekolah dasar. Makanya rajinlah para pejabat negeri ini, supaya negara kita bisa maju.