Goda-Gado dan Unag-Uneg

7 Februari, 2010

Simbol Binatang

Filed under: Uncategorized — palguno @ 12:44 PM

Sudah sejak ribuan tahun lalu binatang digunakan sebagai simbol. Masyarakat Mesir Kuno menggunakan binatang sebagai simbol para dewa. Burung ibis melambangkan Dewa Thoth (dewa kearifan dan tulisan), elang melambangkan dewa-langit Horus (pelindung raja yang berkuasa), anjing melambangkan Anubis yang berkepala jakal, sang penjaga orang mati. Kucing dan sapi juga dianggap suci dalam tatanan sosial masyarakat Mesir Kuno. Bahkan buaya juga suci karena dianggap bisa meramal banjir yang berguna bagi petani di sepanjang Sungail Nil.

Di beberapa wilayah India, pemujaan dilakukan untuk sapi dan kera. Pemujaan pada kera terkait dengan kisah kepahlawanan Hanoman dalam epos Ramayana. Pada budaya masyarakat Cina, sistem kalender mereka juga menggunakan simbol binatang (shio), termasuk babi, anjing, monyet, dan tikus. Sedangkan di Indonesia sendiri, jika kita membaca cerita-cerita kuno juga dikenal nama tokoh yang mengambil nama binatang, misalnya Gajah Mada, Kebo Ijo, Jaran Pinoleh.

Pada kehidupan modern saat ini, binatang juga masih digunakan sebagai simbol negara, seperti Indonesia: garuda, Malaysia: harimau, Singapura: singa dan harimau, Amerika Serikat: elang. Binatang juga digunakan sebagai julukan bagi negara tertentu seperti Thailand “ Negeri Gajah Putih” dan Rusia “Beruang Merah”. Bahkan binatang mitos Naga yang perkasa sangat identik dengan Cina sebagai salah satu negara yang disegani dalam percaturan perekonomian dan politik dunia. Garuda, elang, harimau, singa, gajah, beruang, dan naga dipakai sebagai simbol karena melambangkan kekuatan. Lalu bagaimana posisi binatang-binatang itu sekarang di kehidupan sehari-hari kita?

Garuda, elang, harimau, singa, gajah, beruang, dan naga memang masih mendapat penafsiran positif sebagai lambang atau simbol. Namun kera atau monyet, anjing, babi, buaya, dan kucing mendapat posisi yang negatif. Monyet, anjing, dan babi sering digunakan sebagai kata makian. Binatang lain, dengan tambahan kata lain menjadi arti yang negatif pula, misalnya kucing garong, buaya darat, kambing hitam, dan lintah darat. Satu lagi, maraknya demonstrasi sekarang sering membawa binatang sebagai ejekan bagi para pejabat yang dianggap berperilaku buruk. Tikus dipakai untuk melambangkan koruptor, ayam melambangkan ketidakberanian atau pengecut, kura-kura melambangkan tindakan lambat, dan yang terbaru adalah kerbau ikut berdemo di bundaran HI. Selain itu tentu kita masih ingat simbol cicak vs buaya yang melambangkan pertikaian antar dua lembaga negara, KPK dan Polri.

Marilah kita tengok bagaimana sebenarnya kehidupan para binatang itu. Tuhan menciptakan semua makhluk, termasuk binatang dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Tidak ada binatang yang malas di dunia ini karena mereka harus giat mencari makan untuk hidup. Kalaupun ada binatang yang malas, itu karena manusia yang membuatnya tergantung pada belas kasihan. Di alam bebas, binatang hidup sesuai kodratnya, yang menjadi pemangsa akan memangsa, yang menjadi pemakan kotoran juga berperan membersihkan lingkungan. Namun ingat, binatang hanya akan makan atau memangsa secukupnya saja, tidak rakus.

Sekarang kita lihat manusia, Tuhan menciptakan manusia dengan akal agar bisa bertindak bijak pada alam dan melindungi sesama makhluk. Lalu bagaimana jika ada manusia yang menjadi koruptor, pencuri, tukang bohong, pembalak hutan, dan suka umbar janji? Itu artinya manusia merendahkan kodratnya sendiri, manusia yang harusnya bisa menjadi khalifah di muka bumi, justru menjadi perusak dan penindas bagi sesamanya. Kalau begitu, apakah pantas binatang yang tidak pernah berperilaku di luar kodratnya, dipakai sebagai simbol manusia yang berperilaku jauh di bawah kodratnya.

Jadi cobalah kita sekarang membalik penggunaan binatang yang selama ini sebagai simbol negatif menjadi simbol positif. Tikus yang selalu mencari celah atau jalan baru, dipakai sebagai simbol orang yang tekun mencari cara-cara baru (inovasi) dalam bekerja. Ayam yang selalu berani menantang lawannya, bahkan ayam betinapun ketika merawat anaknya juga berani melawan manusia, dijadikan sebagai simbol keberanian. Kura-kura yang lamban karena memang kakinya pendek, namun memiliki cangkang yang kuat dijadikan sebagai simbol orang yang bertindak sesuai kemampuannya namun memiliki ketabahan menghadapi penderitaan dalam hidup. Kemudian buaya, yang ketika akan menyergap mangsanya selalu diam menunggu untuk kemudian melakukan serangan mendadak dijadikan simbol orang yang bertindak penuh perhitungan agar meraih kesuksesan penuh. Terakhir kerbau, yang rajin membantu petani membajak sawah dan rela kotor oleh lumpur, menjadi simbol untuk orang yang rajin bekerja tanpa harus malu mengotori tubuhnya.

Nah, dengan begitu berarti sudah seharusnya kita menghormati para binatang itu sebagai simbol yang positif, seperti orang-orang di masa lalu. Semua binatang memiliki perilaku yang bisa kita maknai sebagai sesuatu yang baik, tikus yang pandai mencari jalan baru, monyet yang lincah, kerbau yang rajin dan disiplin, ayam yang pemberani, buaya yang sabar, dan kura-kura yang lamban namun percaya diri karena memiliki cangkang kuat. Sifat sabar, berani, percaya diri, disiplin ditambah sifat saling menyayangi atau kasih sayang sesama merupakan sifat-sifat yang harusnya berkembang dalam diri manusia.

Simbol memang bisa memiliki makna yang berbeda, tergantung dari mana kita melihatnya. Namun sekali lagi, bukalah pikiran kita sehingga tidak menjadikan binatang sebagai simbol bagi manusia yang berperilaku lebih rendah dari kodratnya. Manusia yang merendahkan derajatnya sendiri karena berperilaku buruk tidak pantas kita samakan dengan binatang yang selalu berperilaku sesuai kodratnya.

SAMA-SAMA MELIHAT ZEBRA, YANG SATU BILANG BINATANG PUTIH BERGARIS-GARIS HITAM, YANG LAIN BILANG BINATANG HITAM BERGARIS-GARIS PUTIH.

2 Komentar »

  1. Like this !

    menambah pengetahuan untuk skripsi saiia
    tapi blm lengkap, karn blm semua binatang yang diuraikan dan dimaknai sebagai simbol yang dijelaskan, seperti badak, jerafah, burung unta dll.

    Well, thx atas postingannya

    Komentar oleh qodel — 2 September, 2010 @ 8:35 PM | Balas

  2. thanx atas komennya gan, belum banyak referensi yang dibaca jadi tidak bisa semua simbol binatang dibahas

    Komentar oleh palguno — 15 September, 2010 @ 11:39 AM | Balas


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.